Mycoplasma Mastitis Pada Sapi Perah

Mastitis adalah peradangan pada ambing yang biasanya disebabkan oleh infeksi kuman. Banyak kuman yang dapat menyebabkan mastitis termasuk bakteri, kapang, dan khamir. Mastitis adalah penyakit yang sangat penting dari segi ekonomi pada peternakan sapi perah, karena diperkirakan sudah menimbulkan kerugian hingga 2 millyar dollar di USA (Owen dan Watt, 1993). Kerugian terbesar terjadi Karena rendahnya produksi susu, sedangkan susu yang terbuang, biaya obat-obatan, Dokter Hewan dan pengafkiran sapi muda memperbesar terjadinya kerugian.

Lebih dari 130 kuman yang berbeda sudah dapat di isolasi dari ambing sapi. Umumnya disebabkan oleh infeksi staphylococcus, streptococcus, dan colliform. Walaupun demikian infeksi oeh mycoplasma mulai menyebabkan masalah penting pada beberapa peternakan sapi perah. Kejadian pertama mycoplasma mastitis dilaporkan di Eropa pada tahun 1960. Sejak saat kejadian penyakit ditemukan diseluruh dunia termasuk USA (1997).

AGEN PENYEBAB
Mycoplasma adalah mikroorganisme kecil yang dapat beriplikasi sendiri. Mikroorganisme ini tidak mempunyai kemampuan membentuk dinding sel, tetapi diselaputi oleh membran plasma. Mycoplasma mempunyai berbagai macam bentuk seperti coccus, spiral, filament dan cincin, tetapi semua dapat dicirikan berdasarkan pertumbuhan mikrokoninya yaitu seperti telur mata sapi. Bakteri ini termaksuk golongan Gram negative, tetapi pewarnaan giemsa lebih baik hasilnya dari pada pewarnaan Gram (Quin et al, 1994)
Hampir 100 spesies dari mycoplasma ditemukan, dengan beberapa spesies sudah diberi nama (Thomas, 1997). Mycoplasma yang sudah ditemukan 8 spesies di isolasi dari. Sampai saat ini yang sering ditemukan pada isolasi adalah Mycoplasma bovis, tetapi sudah ditemukan juga jenis spesies lainya seperti M. canadense, M. bovigentalium, M. californicum di dalam isolasi biakan (Watt. 1998)

Mycoplasma memerlukan medium khusus unuk berkembang biak, Beef infusion dengan 20 % serum adalah media dasar, ekstrak jamur, DNA dan ditambahkan factor pertumbuhan lainya. Dengan menggunakan media khusus, antibiotic penicillin ditambahkan untuk menghindari perkembangan bakteri ini . Karena tidak mempunyai dinding sel, antibiotic , antibiotic yang mengandung B Lactam dapat diberikan pada media biakakan (Quin Et al 1994). Karena bakteri tidak mempunyai dinding sel, antibiotic yang mengadung beta-lactam dapat diberikan pada media biakan dan pertumbuhan dari mycoplasma tidak dipengaruhi.

GEJALA KLINIS
Spesies yang sering menyebabkan mycoplasma mastitis adalah Mycoplasma bovis. Mikroorganisme ini umumnya berada pada saluran pernafasan atas, sering dihubungkan dengan saluran pernafasan komplek dan pneumonia enzootic pada sapi (Jasper, 1984).

Sapi harus yang dicurigai terinfeksi mycoplasma jika mempunyai mastitis yang bersifat purulen dan kadang tidak menampakkan gejala klinis yang nyata. Sapi umumnya terkena mastitis lebih dari satu kwartir, dengan diikuti terjadi penurunan produksi susu. Warna susu menjadi merah kecoklatan dan terdapat lapisan sendimen (Jasper, 1984). Perubahan pada susu bukan indicator yang akurat untuk awal infeksi karena dari hasil penelitian ditemukan bahwa 10 6- 108 CFU/ml dari Mycoplasma bovis di deteksi pada 2-3 hari sebelum terjadi perubahan pada susu. Uji Callifornia Mastitis Test (CMT) akan terlihat negatif pada 1-3 hari post infeksi, tetapi pada hari 3-7 uji CMT positif dan perubahan pada susu akan tampak mengindikasikan mastitis. Beberapa minggu setelah infeksi akan terjadi penurunan produksi susu yang sangat cepat dan tidak dapat kembali lagi pada kondisi normal hingga beberapa bulan (Thomas, 1997). Meskipun terjadi peradangan lebih dari satu kwartir jarang timbul demam atau penurunan nafsu makan.

PATHOGENESIS
Bersama-sama dengan Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae, Mycoplasma bovis sebagai pathogen yang menular. Infeksi sudah dapat terjadi ketika jumlah kuman 70 CFU/ml. Mycoplasma bovis secara mudah dapat ditularkan dari sapi ke sapi melalui proses pemerahan yang kurang baik, peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui tangan pemerah.

Meskipun kerusakan jaringan biasanya terjadi karena adanya respon kekebalan dari sapi, mycoplasma sendiri dapat mengahasilkan kerusakan secara langsung. Hasil metabolit akhir dan toksin dapat merusak membran sela inang, dan menyebabkan kerusakan jaringan (Fox dan Gay, 1993). Respon dari kekebalan dari tubuh inang menyebabkan kerusakan jaringan oleh respon peradangan neutrofil, makrofag, sel plasma dan jaringan ikat. Pada mulanya saluran susu banyak terdapat neutrofil dan epitel saluran susu mulai membelah, sehingga memenuhi isi lumen. Sementara itu epitel alveoli mengalami reaksi berlawanan: sel mengecil, produksi susu menurun dan dipenuhi dengan eksudat. Ketika reaksi makin hebat, alveoli dan saluran susu akan diganti dengan jaringan ikat yang bersifat permanent. Daerah yang pernah terinfeksi masih dapat memproduksi susu tetapi terjadi penurunan produksi. Umumnya system kekebalan akan bereaksi terhadap Mycoplasma bovis untuk memberikan perlindungan.

DIAGNOSA
Sapi yang menunjukkan awal gejala klinis harus dilakukan pemeriksaan sample susu untuk dilakukan isolasi agen. Media Enriched digunakan mengisolasi mycoplasma. Specimen harus berada dalam keadaan dingin atau beku sampai 2 minggu sebelum sampai di Lab. Sampel susu kemudian diletakkan pada cawan yang mengandung media untuk mycoplasma dan di inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, beberapa spesies mycoplasma membutuhkan masa inkubasi 6-7 hari untuk melihat pertumbuhan koloninya. Diagnosa lain yang dapat membantu adalah pemeriksaan susu pada tempat penampungan susu secara rutin; hal ini akan menolong untuk mengetahui awal infeksi. Jika biakkan positif, tiap sapi dapat dilakukan pemeriksaan susu untuk mengetahu adanya mycoplasma mastitis.
Isolasi atau pembiakan dapat untuk menduga kasus kejadian ini. Bagaimanapu juga untuk mengindentifikasi mycoplasma dibutuhkan uji-uji yang lainya. Karena Mycoplasma bovis merupakan kuman pathogen dan sering menyebabkan mastitis, sangatlah penting untuk mengetahui karakternya, sehingga dapat dilakukan pencegahan untuk mengurangi penyebaran dari sapi ke sapi.

PENCEGAHAN
Tidak adanya pengobatan yang efekti, yang paling penting jika terjadi wabah mycoplasma mastitis harus dengan mengurangi penyebaran yang lebih meluas. Desinfeksi pada tempat susu, tangan pemerah dan mencuci pakaian yang kemungkinan dapat menularkan dari sapi ke sapi. Jadi manajemen pemerahan yang adalah factor yang sangat penting untuk mengurangi penyebaran. Pembersihan dan pemakaian satu kain untuk setiap sapi, teat dipping sebelum dan sesudah memerah, memakai sarung tangan, dan desinfeksi tangki susu dapat mengurangi terjadinya penyebaran diantara sapi (Tyler et al.1993).

Perbaikan sanitasi selama pemerahan merupakan hal penting untuk mengurangi terjadinya penularan dari sapi sakit kepada yang sehat. Pemeriksaan mycoplasma terhadap sapi yang terkena mastitis. Sapi mastitis dipisah dengan yang sehat dan diperah terakhir sehingga akan membantu mengurangi penyebaran.

Pengobatan antibiotikpada masa kering kandang untuk kuman yang sering menyebabkan mastitis dan bersifat pathogen sangat dianjurkan. Karena Mycoplasma bovis dapat menyebabkan resistensi antibiotic, sehingga pengobatan dengan menggunkan antibiotic pada kasus klinis sering gagal dan tidak dianjurkan (Ball dan Campbell, 1989).

Percobaan dengan menggunakan vaksin pada mycoplasma arthritis sudah dilakukan sehingga diharapkan untuk mencegah mycoplasma mastitis dapat dilakukan dengan vaksinasi. Sapi yang mampu menghilangkan dari infeksi kuman berkurang kecenderunganya untuk terjadi infeksi ulang.
Banyak terjadi wabah Mycoplasma bovis yang diakibatkan datangnya hewan baru, perluasan ke putting di antara sapi berisiko besar. Pemeriksaan susu dari hewan yang baru masuk akan membantu mengindentifikasi carier dan membantu peternak dalam mengambil keputusan sebelum terjadinya penyebaran yang lebih luas lagi. Dari seekor hewan yang terinfeksi dapat mengeluarkan kuman dalam jumlah yang besar, penseleksian terhadap hewan yang baru masuk sangat penting. Beberapa penelitian mengatakan bahwa saluran respirasi dapat terinfeksi Mycoplasma bovis yang dapat menginfeksi ambing sehingga beberapa peneliti menyarankan untuk memeriksan saluran respirasi dari hewan yang baru masuk.

Susu yang berasal dari sapi yang terinfeksi Mycoplasma bovis dapat menjadi sumber infeksi bagi anak sapi. Di Michigan Mycoplasma bovis ditemukan pada anak sapi Holstein yang di duga terinfeksi otitis media. Para peneliti percaya bahwa anak sapi mengkonsumsi susu dari induk yang terinfeksi akan membentuk koloni pada nasopharynx dengan perluasan sampai saluran telingga dan bullae tympanica. Anak sapi yang ditempatkan dalam satu kandang mempunyai kecenderungan meningkatnya kejadian penyakit pada saluran respirasi yang disebabkan oleh Mycoplasma bovis (Walz, et al 1997). Pada prakteknya jangan memberikan makanan susu dari induk yang sedang mengalami pengobatan mastitis untuk menghindari infeksi dari pathogen ini.

KESIMPULAN
Mycoplasma adalah penyakit yang penting bagi peternakan sapi perah. Adanya pembelian induk dari luar akan menambah resiko terinfeksi Mycoplasma bovis. Meskipun bakteri klasik penyebab mastitis masih menyebabkan masalah ekonomi yang penting pada peternakan sapi perah, mycoplasma mastitis sudah menimbulkan kerugian pada beberapa peternakan dan makin meluas. Sapi mastitis lebih dari satu kwartir dan tidak menampakkan gejala klinis harus dicurigai terhadap mycoplasma mastitis dan isolasi dari susu harus dilakukan untuk menguatkan diagnosa. Jika sapi terinfeksi Mycoplasma bovis tindakan pencegahan harus segera dilakukan untuk menghindari penyebaran yang lebih meluas. Karena bakteri ini dapat keluarkan pada susu dalam jumlah yang banyak, pemisahan dan pemerahan pada sapi yang mengalami mastitis dengan menggunakan peralatan yang hygiene sangat bermanfaat untuk mencegah penyebaran. Pemeriksaan sapi yang baru masuk sebelum dimasukkan dengan sapi yang lama dapat mencegah penyebaran infeksi. Kemampuan daya tahan terhadap antibiotic dan tingkat keganasan kuman ini cukup tinggi, pemotongan terhadap sapi yang diduga terkena mycoplasma harus dipertimbangkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger